Iklan

Iklan

Okara
Mei 14, 2025, 20:37 WIB
Last Updated 2025-05-14T13:37:45Z
BisnisEkonomi

Harga Emas Diprediksi Naik ke USD 3.292, Investor Waspadai Dampak Geopolitik dan Perdagangan

Read To
Advertisement
Harga Emas Diprediksi Naik ke USD 3.292, Investor Waspadai Dampak Geopolitik dan Perdagangan



OKARA.BIZ.ID - Harga emas dunia diperkirakan kembali mengalami kenaikan pada Kamis, 15 Mei 2025. Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan harga logam mulia ini bisa menembus level USD 3.292 per ons, seiring dengan kombinasi faktor ekonomi, geopolitik, hingga tensi dagang global.

Menurut Ibrahim, salah satu pendorong utama kenaikan harga emas adalah rilis data inflasi Amerika Serikat yang berada di angka 2,3 persen, sesuai dengan ekspektasi pasar.

“(Angka inflasi) ini yang cukup membantu Bank Sentral Amerika Serikat kemungkinan besar akan kembali membahas tentang penurunan suku bunga,” ujar Ibrahim kepada pihak media di Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Penurunan suku bunga, lanjut Ibrahim, membuka peluang besar bagi investor untuk kembali melirik emas dan logam mulia lainnya sebagai instrumen investasi.

“(Faktor) kedua, bahwa walaupun ada genjatan senjata antara Amerika dan Tiongkok tentang masalah perang dagang, itu hanya 90 hari. Kita melihat bahwa setelah 90 hari, biaya impor itu akan diterapkan lebih besar,” ungkapnya.

Amerika Serikat dan China baru saja sepakat untuk menangguhkan sementara tarif impor sebesar 34 persen selama tiga bulan. China menangguhkan tarif awal terhadap produk AS yang diumumkan pada 4 April 2025, sementara AS juga menangguhkan tarif timbal balik yang dikenakan pada 2 April 2025.

Namun, keduanya masih mempertahankan tarif 10 persen selama masa jeda tersebut.

“(Tarif sementara). Ini kemungkinan besar akan membuat guncangan tersendiri bagi perekonomian secara global, terutama adalah perekonomian Amerika dan perekonomian di Tiongkok. Kita tahu bahwa di priode pertama perang dagang itu kecil, hanya 10-25% untuk biaya impor. Ini pun juga bergejolak luar biasa, apalagi 30%,” jelas Ibrahim.

Menurutnya, ketidakpastian global ini menjadikan emas tetap menjadi aset lindung nilai yang menarik di mata investor.

“Kondisi ini yang membuat investor berpikir bahwa emas sebagai lindung nilai masih cukup kuat,” katanya.

Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah turut menjadi faktor pendorong harga emas. Ibrahim menyoroti eskalasi militer yang dilakukan Israel terhadap wilayah Jalur Gaza.

Ia juga mencatat pernyataan kontroversial dari Donald Trump dalam kunjungannya ke Arab Saudi, di mana Trump mengecam keras Iran dan memberlakukan sanksi ekonomi kepada negara tersebut.

“(Kondisi) itu yang membuat fundamental harga emas dunia kemungkinan besar akan kembali menguat dalam perdagangan besok,” imbuhnya.

AS diketahui menjatuhkan sanksi kepada 20 perusahaan yang terlibat dalam ekspor minyak mentah Iran ke China. Situasi ini berpotensi meningkatkan permintaan terhadap aset aman seperti emas.

Di sisi lain, riset dari PT Kiwoom Sekuritas Indonesia menyoroti dampak jangka pendek dari penurunan tarif dagang AS-China.

Kepala Riset PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa pasar sempat merespons positif de-eskalasi perang dagang ini. Namun, kondisi tersebut justru menyebabkan tekanan terhadap harga emas.

"Harga emas tertekan oleh penguatan USD dan rotasi ke aset berisiko seiring mulai dilepasnya aset safe-haven atau lindung nilai, hedging,” ujar Liza dalam keterangan resminya, Rabu (14/5/2025).

Menurut laporan CNBC, harga emas spot tercatat turun sebesar 3 persen menjadi USD 3.225,28 per ons. Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat juga melemah 3,5 persen, ditutup pada level USD 3.228 per ons.

Meski demikian, sebagian analis tetap percaya bahwa tren jangka menengah hingga panjang harga emas masih positif. Faktor geopolitik yang belum reda dan ketidakpastian arah kebijakan moneter global diprediksi tetap mendukung permintaan terhadap logam mulia.

Investor kini disarankan untuk tetap waspada terhadap perkembangan data ekonomi terbaru, terutama dari Amerika Serikat, serta dinamika hubungan dagang dan konflik geopolitik yang masih panas.

Dengan prospek penurunan suku bunga, ketegangan Timur Tengah, dan potensi eskalasi perang dagang pasca-90 hari masa tenggang, harga emas diprediksi akan terus menjadi topik hangat di kalangan pelaku pasar.


(*)
close