Advertisement
OKARA.BIZ.ID - Ethereum kembali unjuk gigi. Setelah setahun belakangan terus digerus oleh dominasi Bitcoin dan altcoin lainnya, jaringan blockchain terbesar kedua di dunia ini bersiap menggelar pembaruan besar. Namanya: Pectra.
Bagi sebagian pengamat, langkah ini terkesan defensif. Layer 2 (L2) seperti Arbitrum dan Optimism makin rajin menggigit kue pendapatan Ethereum. Para pengguna pun mulai melirik jaringan lain yang lebih murah dan gesit. Tapi, bagi kalangan dalam Ethereum sendiri, terutama pelaku infrastruktur staking seperti P2P.org, Pectra adalah bukti bahwa Ethereum justru semakin matang.
Artemiy Parshakov, Wakil Presiden Institusi di P2P.org, mengibaratkan Pectra sebagai penyegaran radikal yang bisa mengubah wajah Ethereum dalam jangka panjang. Dalam wawancara dengan crypto.news, ia menilai Pectra akan memperbaiki fondasi Ethereum—bukan sekadar mengejar cuan cepat.
Bagi pemain besar seperti P2P.org, perubahan paling mencolok datang dari peningkatan batas maksimal saldo validator dari 32 ETH menjadi 2048 ETH. “Ini bukan sekadar angka,” kata Parshakov. “Ini merombak total cara kami mengelola validator. Kami bisa menghemat operasional dan memberi imbal hasil lebih baik untuk para staker.”
Dengan auto-compounding yang kini aktif, hasil staking tidak lagi menganggur. Hadiah staking akan otomatis masuk kembali ke saldo validator, memperbesar potensi hasil secara kumulatif. Hitungan kasar P2P.org menunjukkan, tingkat imbal hasil bisa naik dari 3,2 persen menjadi 3,4 persen dalam lima tahun.
Meski terdengar kecil, dalam skala ribuan validator, selisih 0,2 persen bisa berarti puluhan ribu dolar. “Auto-compounding ini membuat staking lebih optimal tanpa harus repot intervensi manual,” kata Parshakov.
Pembaruan ini juga membawa angin segar bagi pengguna ritel. Salah satu momok dalam staking adalah hukuman slashing, yakni pemotongan saldo jika validator melakukan kesalahan. Dulu, pelanggaran bisa menguras hingga 1 ETH. Sekarang, denda awal itu diturunkan drastis menjadi 0,008 ETH per 32 ETH.
“Ini membuat staking jauh lebih aman,” ujar Parshakov. “Banyak klien konservatif yang selama ini ragu, sekarang bisa mulai ikut bermain.”
Fitur menarik lainnya adalah penarikan sebagian. Jika dulu pengguna hanya bisa menarik seluruh saldo atau tidak sama sekali, kini mereka bisa menarik sebagian ETH sambil membiarkan validator tetap aktif. Ini membuka fleksibilitas baru dalam pengelolaan aset.
Namun, Pectra bukan cuma soal teknis validator. Pembaruan ini juga mengusung semangat besar: account abstraction. Dalam dunia kripto, ini adalah lompatan. Dengan menyatukan akun pengguna dengan kontrak pintar, Ethereum kini bisa menyajikan pengalaman seperti aplikasi biasa.
Bagi P2P.org, ini berarti mereka bisa membangun aplikasi staking yang terasa seperti menggunakan layanan keuangan konvensional. Salah satunya: pengguna bisa berinteraksi dengan jaringan Ethereum tanpa perlu memegang ETH untuk membayar gas fee.
“Gas sponsorship ini revolusioner,” ujar Parshakov. “Kami, sebagai validator, bisa menanggung biaya itu untuk pengguna baru. Ini memudahkan adopsi massal.”
Di laboratorium R\&D mereka, P2P.org sedang mengembangkan fitur yang bisa menghitung waktu penarikan terbaik secara otomatis. Sebelumnya, fitur ini mustahil karena butuh intervensi manual. Kini, kontrak pintar bisa mengeksekusi penarikan saat kondisi jaringan paling optimal.
“Bayangkan Anda bisa memindahkan ETH yang distake antara Swell, EigenLayer, atau SSV dengan mulus,” kata Parshakov. “Account abstraction memungkinkan semua itu terjadi.”
Pertanyaan berikutnya: apakah peningkatan saldo validator justru berisiko sentralisasi? Parshakov membantah. Menurutnya, meski validator besar punya saldo lebih besar, mereka tidak punya pengaruh voting yang berlebihan. “Suara mereka tetap proporsional. Satu validator 2048 ETH setara 64 validator kecil,” ujarnya.
Alih-alih sentralisasi, ia justru melihat peluang desentralisasi yang lebih besar. Dulu, pemain kecil kesulitan mengelola banyak validator karena kompleksitas teknis. Sekarang, mereka bisa bersaing lewat efisiensi.
Ethereum juga dituding terlalu fokus menurunkan biaya transaksi hingga mengorbankan pendapatan jaringan. Tapi bagi P2P.org, arah itu justru membuktikan visi jangka panjang Ethereum.
“Sejarah teknologi menunjukkan, platform yang murah dan mudah diakses akan menang,” ucap Parshakov. Ia mencontohkan Amazon Web Services dan smartphone murah sebagai bukti nyata.
Dengan Pectra, Ethereum sedang membangun ekosistem yang efisien tanpa mengorbankan penghasilan staker. Auto-compounding, fleksibilitas validator, dan struktur biaya baru menjadi pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
P2P.org sendiri telah mempersiapkan sistem mereka sejak lama. Alih-alih langsung menggunakan batas maksimal 2048 ETH, mereka akan membatasi tiap validator di angka 1920 ETH. Ini memberi ruang untuk auto-compounding tetap berjalan hingga dua tahun ke depan.
“Kami ingin pastikan pengguna kami tetap dapat manfaat penuh, bukan hanya dalam sebulan atau dua,” katanya.
Dengan seluruh pembaruan ini, Ethereum tidak sekadar menanggapi tekanan. Ia membentuk ulang lanskap DeFi agar lebih ramah pengguna, efisien, dan tahan banting.
Pectra, seperti nama yang terdengar eksotik itu, bukan hanya tambalan kode. Ia adalah pernyataan strategi: bahwa masa depan Ethereum akan ditentukan oleh pengalaman pengguna yang semakin mulus dan imbal hasil yang makin bersaing.
Dengan dunia keuangan terdesentralisasi yang terus berkembang, Ethereum kembali bertaruh besar. Dan untuk kali ini, mereka tampaknya tahu betul apa yang sedang mereka lakukan.
(*)
Penulis: Redaksi Okara
Sumber: crypto.news